Peran Guru PAUD Sebagai Jembatan Bagi Peningkatan Literasi Gizi Keluarga
Setuju ya, bahwa pertumbuhan anak sangatlah penting bagi setiap orang tua. Buah hati yang hadir di tengah keluarga membuat kebahagiaan yang tak ternilai. Sehingga wajib banget hukumnya orangtua memperhatikan kebutuhan buah hatinya, mulai dari pertumbuhan fisik, pemenuhan kebutuhan gizi, dan lain sebagainya
Namun sayangnya 1 dari 3 anak balita di Indonesia menderita stunting. Stunting yaitu masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek dari standar usianya
Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah
Senang sekali, Senin (18/9) saya berkesempatan untuk menghadiri Webinar Kesehatan dengan tema "Guru PAUD Sebagai Jembatan Bagi Peningkatan Literasi Gizi Keluarga" yang diadakan oleh Yayasan Abhipraya Insan Cendekia (YAICI) Indonesia bekerjasama dengan Pimpinan Pusat 'Aisyiyah Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen). Acara ini juga dihadiri oleh pemateri yang kompeten di bidangnya, seperti:
1. Arif Hidayat, SE.,MM., Ketua Harian YAICI
2. Prof.Dr. Masyitoh Chusnan, M.Ag.,
Ketua PPA
3. dr. Cut Nurul Hafifah, Sp.A (K)., Dokter Anak, mewakili Ikatan Dokter Anak Indigo
4. Prof.Dr.Ir. Netty Herawati.,M.Si., Ahli Gizi & Praktisi Pendidikan PAUD
Cegah Stunting Sejak Dini
Asupan makanan yang tidak sesuai kandungan gizi dapat menyebabkan pertumbuhan kognitif dan fisik anak terganggu. Hal ini menjadi penyebab umum permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh anak-anak Indonesia. Akibatnya, permasalahan gizi kronis pada balita tak pernah putus. Selalu bermunculan kasus-kasus baru yang berkaitan dengan anak kurang gizi hingga stunting
Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat, SE., MM. Mengatakan bahwa selain stunting, Indonesia masih memilik beban ganda masalah gizi dimana penduduk Indonesia masih banyak kekurangan gizi mikro, makro, dan kelebihan gizi atau dapat disebut Double Burden Of Malnitrition (DBM). Hal ini selaras dengan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 prevalensi balita stunting sebanyak 24,4%, underweight 17%, dan wasting 7,1%, sehingga menjadi tantangan tersendiri untuk menuju Generasi Emas 2045
Dampak DBM akan terjadi disepanjang kehidupan, keterkaitan antara gizi buruk pada ibu hamil dan janin dengan meningkatnya kerentanan terhadap kelebihan gizi dan pola makan yang terkait penyakit tidak menular di kemudian hari
Pak Arif, juga mengatakan untuk mencegah gagal tumbuh yaitu dengan cara memberikan nutrisi yang tepat bagi anak. Kekurangan satu saja unsur gizi, baik yang makronutrien, ataupun yang mikronutrien, menjadikan pertumbuhannya tak mencapai optimal. Termasuk untuk kelengkapan asupan jenis asam amino esensial yang bisa didapatkan dari protein hewani, seperti daging, ikan, telur, susu, dan produk turunannya. Perlu di ingat dan digaris bawahi kecuali Susu Kental Manis
Berbicara tentang kental manis, saya jadi teringat beberapa saudara saya di kampung masih menganggap bahwa kental manis dapat menggantikan susu pertumbuhan, selain harganya yang murah kental manis juga mudah didapatkan dimana-mana, dan minimnya informasi mengenai kandungan gula di dalam kental manis. Well, faktanya kandungan gula yang terdapat di kental manis sangatlah tinggi sehingga sangat tidak cocok untuk dikonsumsi oleh anak dibawah usia 5 tahun, apabila dibiarkan terus menerus mengkonsumsi kental manis atau apapun yang manis-manis dapat mengakibatkan hipertensi, diabetes, obesitas, dan gangguan ginjal. Maka dari itu kolaborasi seluruh pihak sangatlah berkaitan guna mewujudkan Generasi Emas 2024
Pentingnya Literasi Gizi di lingkungan PAUD
Keluarga merupakan ujung tombak perbaikan gizi anak. Namun faktanya, tingkat literasi gizi keluarga di Indonesia masih sangat rendah. Pada umumnya, orang tua memberikan asupan makanan bagi anak berdasarkan pengalaman dan kebiasaan-kebiasaan di masyarakat. Selain itu, iklan dan promosi produk pangan yang menjadi konsumsi masyarakat sehari-hari baik di televisi maupun melalui sosial media turut mempengaruhi pola konsumsi anak
Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi seluruh pihak dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai gizi anak. Lingkungan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu elemen yang dapat menjembatani antara orang tua dan anak. PAUD sebagai lingkungan terdekat kedua bagi anak selain rumah, dapat menjadi tempat yang tepat untuk menanamkan pemahaman tentang makanan dan minuman yang bergizi kepada anak
Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) saat ini membawahi 22,000 PAUD di seluruh Indonesia. Hal tersebut merupakan potensi bagi peningkatan literasi dan perbaikan gizi masyarakat, dalam rangka memperluas jangkauan edukasi gizi untuk masyarakat. Dengan demikian, kolaborasi edukasi gizi ini diharapkan dapat mendorong terwujudnya generasi emas Indonesia 2045
Salam sehat semuanya :)
Komentar
Posting Komentar